Serikat buruh paling besar di Belanda terus anggotanya mengintimidasi bakal menyeret FIFA ke meja hijau sebab tidak sukses menghentikan dugaan pelanggaran hak-hak pekerja di Qatar. FNV Bondgenoten dengan salah satu orang pekerja bermula Bangladesh menggesa federasi sepak bola dunia itu membatalkan 'perbudakan modis "FIFA punyai tiga minggu bagi menanggapi ketentuan tersimpul, sesudah itu sehingga kejadian ini dapat di buka pengadilan Zurich (Swiss)," vokal pendapat sikap FNV Bondgenotens seperti dilansir timeslive.co.za. traktat ini mencuat menyusul berita badan Amnesty Internasional terkait pembangunan fasilitas-fasilitas Piala Dunia 2022.Mereka menuduh Qatar sudah membenamkan hak-hak lebih permulaan 5000 pekerja proyek ini. Menurut Amnesty Internasional, Maret dulu, beberapa buruh di Stadion Khalifa International yg sebahagian akbar mulai sejak bermula Bangladesh, India, lagi Nepal, sudah dibohongi kurang lebih bayaran mereka. sewaktu berbulan-bulan mereka cuma diupah di bawah standar berulang mewarisi media yg amat sangat jelek semenjak pihak kontraktor. Badan Amensty Internasional itu dan menuding ada system kerja paksa yg diterapkan di sana.
Temuan ini semula dikuatkan kabar pekerja stadion, Nadim Shariful Alam. Kebetulan laki-laki berumur 31 th itu pula anggota salah tunggal duta FNV internasional. dgn organisasi yg mempunyai 1,1 juta anggota termuat, Nadim ikut memburu-buru FIFA supaya menjalankan apa yg mereka sebut 'perbudakan mutahir itu. Saat kawan-kawan PSSI mengahdiri bapak di lokasi ICU hunian Sakit Pondok rupawan, bapak kembali berkata masalah sepak bola. Bapak bilang rekan-rekan PSSI mesti kegairahan kembali mesti memperbaikinya," papar anak Maulwi, Asha Saelan buat jurnalis.
Mengingat kelompok A ditempati banyaknya tim logis, ke-2 kubu bertekad mendapati kreasi paling baik. Mereka tak ingin ceroboh dikarenakan karut kelak kerepotan pun malah tidak berhasil lolos ke putaran final di Rusia dua thn ke depan. http://www.juragangames.com/gamespools/agen-judi-bola-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar